Generasi milenial yang tinggal di kota besar seperti Jakarta sebagian besar lebih memilih sewa rumah daripada membeli atau membangunnya. Banyak hal yang menjadi alasan sehingga mereka lebih memilih untuk melakukan konsep co-living. Mulai dari harga rumah yang mahal sampai dengan gaya hidup nomaden atau berpindah-pindah menjadi alasan generasi milenial lebih suka sewa rumah daripada membelinya.
Alasan Memilih Sewa Rumah
Generasi milenial merupakan sebutan bagi orang yang lahir antara tahun 1980 sampai tahun 1995. Pada tahun tersebut teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sehingga otomatis mereka mahir dalam hal teknologi. Generasi milenial tumbuh dengan kecanggihan smartphone. Tidak heran jika mereka mahir dalam menggunakan media sosial. Namun, kecanggihan smartphone membuat generasi milenial dianggap sebagai generasi pemalas karena terlalu sering menghabiskan waktu dengan bermain ponsel pintar.
Di cap sebagai generasi pemalas bukan menjadi alasan mereka memilih untuk sewa rumah daripada mengumpulkan uang untuk membeli maupun membangun rumah. Ada beberapa alasan yang membuat generasi milenial lebih suka sewa rumah, berikut 5 alasan generasi milenial memilih sewa rumah daripada membelinya.
1. Harga Tanah dan Bangunan yang Melambung Tinggi
Jarang sekali menemukan harga tanah yang tidak tinggi apalagi di kota besar. Harga tanah yang tinggi membuat harga rumah ikut melambung. Akibatnya generasi milenial lebih memilih untuk sewa rumah dan menunda untuk membeli atau membangun rumah.
Memiliki properti rumah tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal, melainkan juga bisa dijadikan aset. Harga jual rumah bisa dipastikan akan terus naik tiap tahunnya. Sayangnya, tren kenaikan harga jual properti rumah tidak sebanding dengan jumlah pendapatan bersih generasi milenial yang sudah bekerja.
Gaji yang mereka miliki rata-rata habis untuk gaya hidup. Generasi milenial hidup di zaman media sosial. Mereka berlomba-lomba untuk menunjukkan pesona dengan mengunggah foto di media sosial. Tren tersebut membuat generasi milenial menghabiskan sebagian besar gajinya untuk sekedar nongkrong di café atau bahkan makan di restoran mahal agar dikatakan gaul dan keren. Tidak heran jika mereka kesulitan untuk mengumpulkan uang untuk membeli rumah.
Untuk mendapatkan tempat tinggal, mereka lebih memilih untuk sewa rumah. Harga yang harus mereka keluarkan lebih rendah daripada harus biaya membelinya. Harga sewa rumah di kota besar seperti Jakarta Selatan sangat bervariasi. Dengan sangat mudah generasi milenial menemukan harga sewa rumah Jakarta Selatan yang sesuai dengan besaran dana yang dimiliki. Mereka bisa mencari sewa rumah Jakarta Selatan 20 juta per tahun atau dibawahnya jika pendapatan rata-rata bulanan lebih dari 3 juta.
Mereka bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi internet untuk menemukan rumah dengan harga yang sesuai dengan pendapatan. Mereka bisa melakukan transaksi sewa rumah dimanapun dan kapanpun, tanpa perlu datang langsung ke lokasi rumah.
2. Menunda Pernikahan
Generasi milenial saat ini umumnya menunda usia pernikahan mereka. Sebelumnya, banyak orang yang tinggal di Indonesia menikah di usia sebelum 25 tahun. Namun kebanyakan generasi milenial menikah di usia yang mendekati atau bahkan di atas 30 tahun.
Menunda usia pernikahan mendorong generasi milenial untuk tinggal sendiri. Dan bisa jadi tren hidup berpindah-pindah membuat mereka lebih memilih untuk sewa rumah. Mereka lebih suka hidup sendiri di rumah tanpa perlu memikirkan orang lain.
Status single para generasi milenial terkadang membuat mereka sewa rumah dengan teman yang juga berstatus sama. Hal ini memungkinkan mereka berhemat biaya sewa rumah dan tagihan rumah tangga lainya.
3. Rumah bukan Tujuan Hidup Utama Generasi Milenial
Bagi generasi milenial yang berstatus single, memiliki sebuah rumah bukanlah tujuan utama mereka bekerja. Berbeda hal dengan generasi sebelumya, tujuan utama mereka bekerja adalah membeli rumah.
Generasi milenial saat ini lebih suka menghabiskan waktunya untuk mencari pengalaman hidup. Mereka lebih suka menghabiskan waktunya untuk bepergian ke tempat-tempat baru. Tidak heran jika generasi milenial lebih suka menjadi freelancer daripada pegawai tepat. Pilihan untuk sewa rumah membuat mereka bebas menjelajah tempat-tempat baru dan juga menikmati hidup.
4. Aturan Rotasi Pekerjaan
Aturan rotasi pegawai perusahaan swasta maupun pemerintah menjadi salah satu alasan generasi milenial memilih sewa rumah daripada membeli. Aturan rotasi pegawai tersebut membuat mereka harus hidup berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya.
Pasar tenaga kerja saat ini memang cenderung berpindah-pindah. Hal ini bertujuan agar pemerataan kemampuan pegawai untuk kepentingan kemajuan perusahaan bisa tercapai. Jika suatu saat terkena rotasi pekerjaan, generasi milenial tidak akan merugi jika hanya sewa rumah untuk tempat tinggal. Mereka tidak perlu menjual rumah di kota lama untuk membeli rumah lagi di kota tujuan. Mereka cukup mencari rumah lagi untuk disewa di kota baru tempat mereka bekerja.
5. Ingin Merasakan Hidup di Pusat Kota
Alasan lain mengapa generasi milenial lebih suka sewa rumah daripada membelinya adalah mereka senang tinggal di pusat kota. Maraknya penggunaan media sosial membuat generasi milenial melihat gaya hidup orang yang tinggal di pusat kota sangat menyenangkan. Mereka juga ingin merasakan hidup di pusat kota. Untuk merealisasikan hal tersebut, mereka cukup mencari sewa rumah di pusat kota.
Hidup dan tinggal di pusat kota membuat mereka hidup berdekatan dengan pusat hiburan dan belanja. Menghabiskan waktu untuk hiburan dan juga berbelanja merupakan salah satu tren yang dimiliki generasi milenial sehingga tinggal di kota menjadi pilihan tepat. Tinggal di pusat kota juga membuat mereka lebih mudah untuk mencari pekerjaan dan mengakses kawasan-kawasan bisnis.